Nagasari disebut juga Dewadaru (Mesua ferrea) merupakan tanaman dari famili Clusiaceae (suku manggis-manggisan) yang mempunyai nilai ekonomi utama pada kayunya. Tanaman ini disebut juga Ceylon Ironwood atau Cobra’s Saffron atau Indian Rose Chestnut dalam bahasa Inggris. Habitat asli Nagasari yaitu Sri Lanka, bahkan Nagasari menjadi pohon nasional di sana. Di Indonesia sendiri tanaman ini sangat langka, karena pertumbuhannya tergolong lambat, tetapi tingkat kebutuhan akan kayu Nagasari ini tinggi.
Nagasari sering disamakan dengan pohon kayu besi, karena kayu dari pohon ini sangat kuat, berat dan juga keras, cocok digunakan untuk bantalan rel dan bangunan yang memiliki struktur kuat. Kayu pohon ini sangat berkualitas, digunakan juga sebagai bahan pembuatan mebel, seperti meja, kursi, lemari, lantai kayu, dan lainnya. Buahnya juga dapat dimakan, dan bijinya mengandung minyak nabati yang dapat digunakan dalam campuran beberapa masakan. Masyarakat Jawa menganggap pohon ini sebagai pohon keramat dan dipercaya dapat menangkal teluh atau guna-guna.
Pohon Nagasari dapat mencapai tinggi hingga 30 m dan diameter pangkalnya bisa mencapai 2 m. Daun tanaman ini berwarna hijau tua dan keputihan di sisi bawahnya, mempunyai lebar yang kecil namun memanjang di ujung-ujungnya (hingga 15 cm), sedangkan daun mudanya warnanya merah hingga merah kekuningan. Diameter bunganya 4 cm – 8 cm.
Bibit Nagasari berasal dari biji. Tanaman ini dapat tumbuh secara optimal di dataran rendah, dengan kondisi suhu panas sekitar 30⁰ C – 35⁰ C. Jika ditanam di pot, maka ukuran pot yang direkomendasikan adalah > 60 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah humus atau tanah kompos. Perlu disiram dua kali dalam sehari dengan penyinaran matahari sepanjang hari (full sun). Untuk pemberian pupuk dilakukan sekitar 30 hari sekali, dengan menggunakan pupuk NPK Daun. Ukuran tanaman pada saat dikirim sekitar 40 cm – 60 cm dan dapat tumbuh hingga ± 500 cm.