Indigofera adalah tanaman yang jumlahnya ada sekitar 700 jenis dan sebagian besar tumbuh di kawasan subtropika atau tropika di Afrika, Asia dan sebagian Amerika. Di Asia Tenggara termasuk Indonesia, ada sekitar 40 jenis tanaman indogofera yang dapat tumbuh terutama di daerah Jawa, Sumatera, Flores dan Sumba.
Karakter dan Manfaat Tanaman Indigofera
Oleh masyarakat Indonesia, indigofera lebih populer dengan sebutan pohon nila. Tanaman ini saat tumbuh akan membentuk semak atau perdu dengan cara merambat dan berkembangbiak melalui sistem generatif dari bijinya. Tapi apabila dijadikan tanaman budidaya biasanya lebih disukai menggunakan sistem genetatif atau stek.
Pada umumnya tanaman ini sering digunakan sebagai media konservasi tanah terutama untuk menjaga tanah tersebut agar tetap subur dan terhindar dari erosi. Selain itu juga sering dipakai sebagai tanaman hias. Selain itu ada yang mengambil bunganya karena bisa dijadikan sebagai bahan pewarna alami pada kain terutama warna nila.
Meski belum begitu membudaya, namun tanaman indogofera juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pemanfaatan indigofera sebagai pakan ternak ini sudah sering dilakukan di luar negeri. Menurut hasil penelitian, tanaman ini punya kandungan kalsium, fosfor serta nitrogen yang sangat dibutuhkan hewan ternak terutama domba dan kambing.
Budidaya Indigofera
Terkait dengan beberapa manfaatnya tersebut, saat ini makin banyak yang tertarik melakukan budidaya tanaman tersebut. Apalagi mengingat apabila indigofera atau nila merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah mana saja, mulai dari ketinggian 1 hingga 1800 mdpl.
Asal selalu mendapat pancaran sinar matahari yang cukup melimpah, tanaman indigofera bisa tumbuh subur dan berdaun lebat serta berbunga dalam jumlah yang banyak.
Untuk pembibitannya, bisa menggunakan polybag yang ukuran diameternya paling sedikit 8 hingga 10 cm. Polybag ini kemudian diisi media berupa tanah biasa yang subur dan dicampur dengan pupuk kandang. Jika menggunakan bibit dari stek, dapat langsung dimasukan dalam polybag.
Selanjutnya bila memilih biji untuk mengembangbiakan indogofera, harus dipilih yang sudah tua kemudian direndam dalam air dingin selama 12 jam. Setelah itu buang biji yang berada di permukaan air karena biji tersebut tidak berkualitas bagus. Setiap polybag bisa dipakai untuk menanam biji sebanyak 4 atau 5 butir.
Perawatan Tananam Indogofera
Setelah itu lakukan penyiraman setiap hari namun tidak perlu menggunakan air yang terlalu banyak dan harus dijaga agar tidak muncul genangan. Air yang menimbulkan genangan akan membuat biji atau batang tanaman indogofera cepat membusuk.
Untuk pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang saja, jangan memakai pupuk kimia. Melalui akarnya tanaman ini mampu mengambil nitrogen sendiri dari udara, sehingga tidak membutuhkan pupuk kimia.
Setelah tumbuh berusia antara 2 sampai 3 bulan, bibit tanaman nila tersebut bisa dipindah ke lahan permanen. Tetapi sebelumnya harus dibuatkan gundukan dahulu di lahan tersebut untuk berjaga-jaga agar akar dan batangnya tidak kena genangan air saat turun hujan.
Budidaya nila atau indigofera sudah bisa mulai diambil panennya saat berusia 3 atau 4 bulan setelah di tanam di lahan. Untuk selanjutnya bisa dipanen lagi setiap 90 hari dan berlangsung terus hingga tanaman sudah tidak produktif lagi atau usianya mencapai kurang lebih 3 tahun.
Adapun teknik pemanenannya dilakukan dengan membabat daun beserta batangnya. Adapun waktu terbaik untuk mengambil panen hasil budidaya tanaman indigofera ini yaitu antara jam 4 hingga 6 pagi. Namun aturan ini hanya berlaku pada panenan yang bertujuan memproduksi pewarna kain alami. Jadi jika tujuannya berbeda, bisa dilakukan pada sore hari.
Lihat di sini berbagai benih bibit tanaman indigofera kami.