Jenis-Jenis dan Macam-Macam Tanaman Hias Part II

Pada artikel sebelumnya (part I) telah ditampilkan 11 jenis dan macam tanaman hias yang ada di Indonesia. Artikel ini merupakan artikel lanjutan (part II), dimana kami tampilkan lanjutan jenis tanaman hias (nomor 12 sampai dengan 20) sebagai informasi bagi Anda, terutama jika Anda adalah penggiat dan penyuka tanaman hias, atau mungkin masih pemula dalam dunia tanaman.

12. Beringin (Ficus Benjamina)

Beringin merupakan tanaman berbunga dari golongan Famili atau suku Moraceae (ara-araan), satu golongan dengan buah tin, murbei dan ara. Beringin tersebar di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Australia serta merupakan simbol pohon resmi kota Bangkok, Thailand. Habitus beringin berupa pohon yang mampu mencapai ketinggian hingga 30 meter. Batangnya tegak, bulat, berwarna coklat kehitaman dengan permukaan yang kasar. Diameter batang mampu mencapai 2 meter.

 

Beringin memiliki akar utama yang kuat untuk menopang tubuhnya, namun seringkali destruktif (merusak) jika diletakkan di jalan atau trotoar. Pohon beringin memiliki akar gantung untuk menyerap udara, beberapa di antaranya semakin lama akan semakin sulit dibedakan dengan pokok pohon.

Beringin memiliki daun tebal dan sukulen (berdaging). Daunnya membentuk percabangan, permukaannya mengkilat, berukuran sekitar 6-13 cm. Daun berbentuk oval berujung runcing, tulang daun menyirip, dan pinggiran daun rata. Beberapa daun beringin hasil pemuliaan tanaman memiliki varigasi (memiliki dua warna berbeda seperti loreng).

Daun-daunnya sangat sensitif dengan perubahan intensitas cahaya matahari. Jika tanaman dipindahkan, dia akan menggugurkan daunnya dan segera membentuk daun baru yang mampu beradaptasi dengan kondisi intensitas cahaya yang baru. Pucuk daun beringin awalnya ditutupi sisik besar yang saat daun berkembang sisik ini akan gugur. Daun beringin muda berwarna hijau kemerahan.

Bunga keluar dari ketiak daun dengan kelopak berbentuk corong berwarna kuning kehijauan. Buahnya berasal dari dasar bunga yang membesar dan membulat sehingga menyerupai buah, dimana dalam ‘buah’ ini terdapat bunga Beringin. Panjang buah buni 0,5 – 1 cm. Buah beringin dapat dimakan, tetapi tanaman ini seringkali ditanam bukan karena buahnya. Penyerbukan beringin dibantu oleh serangga (umumnya dari golongan Hymenoptera).

Perbanyakan beringin melalui biji. Biji beringin berkecambah pada celah atau retakan pohon induk dan hidup sebagai tanaman epifit di awal pertumbuhannya. Akar tanaman baru akan turun ke tanah dan menyelubungi tanaman induk seolah mencekik induknya. Hal ini terjadi karena mereka saling bersaing mendapatkan cahaya.

Tanaman beringin populer sebagai tanaman hias dalam bentuk bonsai (pendek kerdil). Tanaman ini menyukai kondisi sinar matahri yang terang namun toleran pada naungan. Beringin sensitif pada udara dingin dan perlu dihindarkan dari angina yang kencang. Ficus benjamina ini diyakini efektif menghilangkan gas formaldehid (formalin) di dalam ruangan.

13. Biduri (Calathropis Gigantea)

Biduri merupakan tanaman perdu berbunga dari famili Apocynaceae yang tumbuh pada musim kemarau dan lahan kering. Tanaman yang juga sering disebut widuri ini  memiliki daerah persebaran di sepanjang Asia dan Afrika termasuk Indonesia. Tumbuhan menahun ini memiliki tinggi tanaman sekitar 0,5 meter hingga 3 meter.

Daun biduri berupa daun tunggal berbentuk bulat telur (terkadang bulat panjang). Tangkai daun pendek menempel pada batang secara berselang seling dan memiliki tulang daun yang menyirip. Tanaman ini mengeluarkan getah putih susu yang mengandung lateks. Getah ini beracun dengan bau yang menyengat.

 

Tanaman biduri dapat dijadikan tanaman hias karena memiliki ‘bunga’ berbentuk seperti mahkota berwarna ungu atau putih. Bagian yang tampak seperti bunga ini adalah corona (mahkota tambahan) dengan daging padat dengan ukuran lebih besar daripada tabung stamen (benang sari). Bunga biduri mengandung lilin, memiliki 5 petal yang menyatu dalam satu titik, berukuran kecil. Pada tengah bunga muncul ‘mahkota’ bersudut 5 (pentangular). ‘Sudut’ mahkota ini adalah stamen, yang akan bersatu membentuk tabung dan mengelilingi putik.

Buah biduri berwarna hijau, berukuran 8-10 cm. Bijinya pipih lonjong dan di permukaannyaseperti tertutup rambut sutera. Perbanyakan biduri melalui biji yang berkecambah pada kondisi lahan yang kering seperti padang rumput atau pantai berpasir.

Kulit batang yang mengandung serat dapat dimanfaatkan dalam pembuatan jala, bagian daunnya dapat dimanfaatkan sebagai obat diuretik (peluruh kencing), pencahar, insektisida, anti rayap dan anti nematoda, dan bunganya diyakini memiliki mafaat sebagai penambah nafsu makan.

14. Cempaka (Magnolia Champaca atau Michelia Champaca)

Cempaka merupakan tanaman berbunga dari Familia Magnoliaceae. Habitus tanaman ini mulai dari perdu hingga pohon dengan tinggi 15-30 meter. Cempaka dapat tumbuh di dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian 1.600 dpl. Tanaman hias ini berasal dari India yang dalam persebarannya sampai ke Asia tenggara. Bunga cempaka dikenal pula dengan nama Bungong jeumpa gadeng di daerah Aceh.

Daun cempaka berbentuk bulat telur hingga lanset dengan ujung dan pangkal yang runcing, tipis, dan berukuran sekitar 4-12 cm.  Cempaka memiliki daun penumpu berukuran 3-5 cm. Dasar bunga berbentuk tiang, tipe bunga tunggal, berwarna putih, kuning, merah atau oranye. Bunganya tersusun dari 10-16 tepal atau tenda bunga (kelopak bunga dan mahkota bunga tidak dapak dibedakan). Bunga cempaka mengeluarkan wangi harum.

Buah berbentuk bulat lonjong sedikit pipih, terdapat filamen menyerupai rambut, sedikit melengkung. Buah muda berwarna hijau, buah tua berwarna abu-abu pucat. Bakal buah berkerumun dalam jumlah banyak (umumnya lebih dari 20 buah). Biji terbungkus salut biji, jika matang akan berwarna merah tua memanjang seperti benang.

Bunga cempaka banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku parfum. Kulit akar cempaka berwarna merah diyakini dapat berperan mempercepat menstruasi. Perbanyakan bunga cempaka dapat melalui biji ataupun dengan cangkok. Persilangan antara M. champaca dengan M. montana menghasilkan M. alba atau cempaka putih dan di jawa disebut kantil.

15. Chrysanths (Chrysanthemum Sp.)

Chrysanths (krisan atau seruni) merupakan tanaman perdu berbunga. Tanaman umumnya dijadikan sebagai tanaman hias atau bunga potong. Tanaman ini termasuk famili Asteraceae (suku kenikir-kenikiran) yang memiliki banyak sekali anggota spesies. Chrysanths memilih aroma yang wangi dan seringkali ditambahkan ke dalam teh. Chrysants dalam bahasa jepang disebut ‘Kiku’ dan merupakan bunga nasional Jepang.

Chrysants berasal dari Asia Timur dan Eropa Timur laut. Tanaman ini banyak dibudidayakan dan memiliki banyak kultivar.  Habitus tanaman perdu dengan batang lunak, tegak, dan berwarna hijau yang jika sudah tua akan mengeras berwarna kecoklatan. Daun chrysants tersusun secara berselang seling, terbagi menjadi beberapa daun kecil, bertipe bulat telur memanjang yang tampak memiliki celah dengan tepi bergerigi.

 

Bunga chrysants memiliki tipe tunggal dan bertumpuk dengan ukuran diameter bervariasi antara 12-15 cm. Bunga tersusun dalam tandan dan tumbuh tegak. Warna bunga bervariasi dari kuning, merah, merah muda, ungu, putih, dan lain-lain. Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan secara vegetatif melalui stek pucuk atau dengan teknik kultur jaringan.

Tanaman ini tumbuh di daerah tropis. Kondisi suhu optimal pertumbuhannya 20-26oC dengan kelembabab 70%-80%. Chrysant menyukai struktur tanah liat, subur, dan sedikit berpasir. Kadar pH yang disukai tanaman ini berkisar 5,5-6,7. Chrysants dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 700-1200 m dpl.

16. Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata)

Cocor bebek terkadang disebut juga suru bebek merupakan tanaman hias sukulen (berair dan berdaging tebal).  Nama latin lain tanaman ini adalah Briophyllum pinnatum. Tanaman yang berasal dari Madagaskar ini memiliki batang yang lunak dan beruas. Tanaman herba ini memiliki tinggi sekitar 30cm – 100cm, dan dapat tumbuh dataran rendah hingga 1000 meter dpl. Pada bagian pangkal batang sedikit berkayu dan tegak.

Tanaman dari  golongan famili Crassulaceae dan genus Kalanchoe ini memiliki daun berdaging tebal dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda terkadang hijau keabu-abuan. Daunnya berukuran panjang 5-20 cm dengan ujung daun tumpul. Tipe daun tunggal namun seperti menyirip dengan daun 3-5 buah. Tepi daun beringgit dan pangkal daun membundar. Pada tepi daun sering muncul tunas adventif (tunas modifikasi/tambahan) sebagai metode reproduksinya.

 

Cocor bebek memiliki bunga majemuk. Bunga berbentuk malai dan warna mahkota bunga merah (terkadang merah muda) berbentuk menyerupai corong, menyempit di bagian pangkal dan melebar di bagian ujung. Panjang bunga berkisar antara 3-6 cm. Kelopak bunga melekat pada bunga. Buah cocor bebek menyerupai kotak. Perbanyakan cocor bebek dapat melalui tunas adventif dan dengan cara stek daun pada bagian yang bertunas.

Cocor bebek tumbuh di daerah tropis seperi Asia dan Australia dan Selandia Baru. Tanaman ini selain sebagai tanaman hias juga memiliki manfaat  sebagai obat tradisional. Cocor bebek sering dimanfaatkan sebagai obat batuk, sakit kepala, penurun demam, dan obat luka. Cocor bebek diketahui mengandung senyawa-senyawa seperti asam malat, magnesium malat, asam formiat, kalsium oksalat, tanin, dan damar.

17. Dadap Merah (Erythrina Crista)

Dadap merah atau cangkring merupakan tanaman pohon berbunga yang dapat dijadikan sebagai tanaman hias di pekarangan atau sebagai peneduh jalan. Dadap merah merupakan anggota famili Fabaceae (Papilionaceae) dari genus Erythrina.

Tinggi pohon sekitar 15-20 meter. Batang berkayu memiliki garis-garis vertikal di permukaanya (seperti serat panjang), umumnya berwarna hijau kecoklatan  dengan campuran warna putih. Batang memiliki duri tempel berwarna hitam, berukuran sekitar 1-2 mm. Dadap merah menggugurkan daunnya pada saat musim kemarau.

 

Dadap merah memiliki daun majemuk beranak daun 3. Bentuk daun bervariasi mulai dari bentuk bulat telur terbalik, bentuk segitiga dan berbentuk belah ketupat. Ujung daun tumpul, warna daun hijau muda hingga hijau tua. Panjang dan lebar daun bervariasi. Panjang daun mulai dari 9-25 cm dan lebar daun 10-30 cm. Tipe daun menyirip, permukaan daun kasar dengan tangkai daun berduri, dan daun tersusun berhadap-hadapan.

Bunga dadap merah sangat cantik, bervariasi dari warna merah jingga hingga merah gelap. Bunganya tersusun dalam tandan menyerupai kerucut. Bunga dadap merah memiliki daun pelindung namun cepat rontok. Anak tangkai bunga berukuran 0,5- 1 cm. Bunga berupa tonjolan-tonjolan sejumlah 3.

Dadap merah memiliki mahkota bunga seperti sepatu, kelopak bunga seperti pelepah. Terdapat bentuk seperti sayap yang keluar dari luar kelopak bunga. Bunga ini tidak memiliki buah. Bunga muncul saat daun-daun mulai rontok sehingga menarik burung datang. Jalak suren (Sturnus contra) adalah jenis burung yang biasanay datang untuk menghisap nektarnya. Penyerbukan dadap merah dibantu oleh burung (ornitogami).

Batang kayu dadap merah dimanfaatkan sebagai kayu untuk peti kemas, pigura juga mainan anak serta untuk bahan pulp kertas. Daun dadap diyakini memiliki khasiat memperlancar ASI, mengobati cacingan, disentri dan meringankan rematik. Kulit batang tanaman ini juga berkhasiat sebagai peluruh kencing dan sebagai pencahar.

18. Dahlia (Dahlia Pinnata atau Dahlia Sp.)

Dahlia merupakan tanaman perdu menahun. Dahlia berasal dari meksiko dan menjadi bunga nasional negara tersebut. Tanaman dari termasuk dalam famili Asteraceae ini memiliki batang berkayu dan bulat. Pada batang teradapat alur dan berwarna hijau keunguan. Batang berbulu dan memiliki percabangan. Tanaman mampu mencapai ketinggian 1,5 m-10 meter.

Daun dahlia bertipe daun majemuk tunggal. Daun menyirip berbentuk bulat telur dengan tepi daun bergerigi. Pangkal daun tumpul sedangkan ujungnya meruncing, daun berwarna hijau dengan permukaan yang kusam. Akar dahlia berupa rumpun umbi tepat di bawah dasar batang. Umbi akar ini berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan.

 

Bunga dahlia merupakan bunga majemuk tersusun dalam tandan. Kuntum bunga bertangkai pendek dan tidak memiliki seludang bunga. Mahkota bunga memiliki warna yang bervariasi seperti putih, ungu, merah muda, oranye, merah dan lain-lain. Perbanyakan dahlia dapat melalui benih (generatif), stek tunas ketiak dan dari umbi (vegetatif).

Dahlia menyukai paparan cahaya matahari langsung (tanpa naungan), suhu optimum 14oC -20oC namun toleran pada kisaran suhu 10oC-30oC. Tumbuh baik dalam kondisi tanah lempung, subur, dan berpasir dengan aerasi yang baik. Tanaman ini optimal tumbuh pada kadar pH tanah berkisar antara 6-8 dan di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 700-1.400 meter dpl.

19. Dragon Tree (Dracaena Marginata)

Dragon tree merupakan tanaman dari famili Asparagaceae dan genus Dracaena. Genus ini memiliki kurang lebih 40 spesies yang merupakan tanaman perdu sukulen hingga pohon. Tanaman ini berasal dari Afrika dan menyebar ke Asia selatan dan Amerika Tengah (tropis).

Tanaman yang populer sebagai tanaman hias adalah dari beberapa jenis Dracaena perdu seperti D. marginata, D.braunii, atau D. fragrans . Golongan Dracaena ini pendek, tampak seperti perdu, dengan batang yang ramping, dan daun-daun yang saling melilit. Hidup dengan baik di habitat Hutan hujan. Tanaman ini bersifat toksik (beracun) terhadap hewan peliharaan.

Dracaena marginata merupakan spesies yang sedang populer sebagai tanaman hias saat ini. Tanaman Dragon tree ini merupakan tanaman hias yang dinikmati daunnya. Habitus tanaman mirip pohon daun suji (Dracaena angustifolia) yang daunnya tersusun dalam tandan yang rimbun.

 

Daun berwarna hijau, bentuk daun panjang seperti tombak, lurus, sempit dan runcing dengan varigasi warna merah (strip merah keungunan di sepanjang tepi daun). Daun berlapis lilin dengan tekstur kaku. Panjang daun bervariasi 40 cm-60 cm. Daun melekat pada batang namun tidak memiliki tangkai batang.

Batang tanaman memilki ruas-ruas dan terbungkus sejenis serat berwarna kecoklatan. Pada bagian pangkal pembungkus serat ini sudah terlepas. Dragon tree ini mampu tumbuh hingga ketinggian 4 meter lebih. Sebagian besar Dracaena dapat tumbuh dengan baik dengan paparan sinar matahari yang cukup. Dragon tree memiliki kemampuan sebagai penyaring udara yang baik dan saat populer sebagai tanaman hias dalam ruangan.

20. Euphorbia (Euphorbia Miliii)

Euphorbia milii merupakan tanaman famili Euphorbiaceae dengan batang berduri, merupakan tanaman perdu menahun. Tinggi tanaman berkisar antara 40-180 cm. Tumbuh sedikit menjalar (scrambing). Batangnya tidak berkayu, berbentuk bulat, mengeras saat tumbuh semakin besar, dan bergetah (putih susu).

Daun E. milii tunggal, berbentuk oval, berujung lancip. Permukaan daun halus dan tulang daun menonjol. Daun tersusun saling berhadapan, berseling dan duduk pada batang serta tidak bertangkai daun. Tepi daun rata dengan ujung daun runcing (beberapa kultivar ada yang terbelah). Daun berwarna hijau muda hingga hijau tua.

Bunga E. milii tumbuh dari ketiak daun secara bergerombol (4-32 kuntum). Jumlah kelopak bunga 2 sedangkan mahkota bunga berjumlah 5. Mahkota bunga berwarna kuning, bunga tersusun menggerombol dengan jumlah bunga kelipatan 8. Bunga E. milii dilindungi oleh bractea (seludang bunga) yang berwarna warni (merah, merah muda, atau kuning). Bractea ini sering disalah artikan sebagai mahkota bunga.

 

Bunga E. milii merupakan bunga sejati sempurna (memiliki organ bunga jantan dan betina), termasuk bunga hemafrodit. Namun ada beberapa kultivar bunga yang tidak memiliki bunga sempurrna. Sehingga bunga kultivar ini steril dan hanya dapat dikembang biakkan secara vegetatif.

Buah berbentuk kapsul menggerombol 3-4 buah dan terletak di ujung tangkai bunga. Buah berwarna hijau (muda) dan coklat (tua). Di dalam buah terdapat biji bulat berwarna coklat dengan dimaeter 0,3-0,5 cm. Biji umumnya terbentuk setelah 3-5 hari setelah penyerbukan.

E. milii memiliki akar serabut dangkal yang tumbuh menyebar. Tanaman ini tumbuh baik pada kisaran suhu 4-40°C, curah hujan rendah, mendapatkan cahaya matahari penuh dan toleran pada sedikit naungan. Tanaman ini tidak dapat diletakkan di dalam ruangan. Pada kondisi terkena naungan, pertumbuhan vegetatif E. milii sangat cepat namun tunas yang terbentuk jumlahnya sedikit dan tidak kokoh (lemas). E. milii memiliki tunas aksiler (samping). E. milii dapat tumbuh baik pada kelembaban 70%, jika kelembaban rendah masih dapat tumbuh baik dengan penyiraman yang tepat dan cukup. Beberapa produk dari tanaman Euphorbia, tersedia di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Butuh Bantuan? Chat di WA