Hobi berkebun kini makin digemari. Berkebun banyak dilakukan di pekarangan rumah, halaman sekolah, atau di tempat terbuka lainnya. Di Jakarta, kegemaran ini telah merambah sudut-sudut perumahan serta bantaran sungai dengan memanfaatkan lahan tidur untuk pertanian kota. Namun, dapatkah kegiatan berkebun diwujudkan di dalam rumah? Dengan sisa lahan yang sempit lagi terbatas, tanpa harus banyak mengeluarkan waktu, biaya atau tenaga. Bisa saja, vertikultur adalah jawabannya.
Sistem pertanian konvensional di perkotaan membutuhkan lahan luas. Budidaya tanaman obat dapat juga dilakukan dengan teknik veltikultur. Selain berguna, kebun pun akan terlihat lebih berwarna. Melalui sedikit kreatifitas, sebuah kebun kecil dapat dipindahkan ke dalam rumah.
Nama vertikultur berasal dari Bahasa Inggris, verticulture. Istilah ini terdiri dari dua kata, yaitu vertical dan culture. Di dalam dunia bercocok tanam, pengertian vertikultur adalah budidaya pertanian dengan cara bertingkat atau bersusun.
Keunggulan Teknik Vertikultur, Jenis Tanaman yang Cocok untuk Vertikultur
Pada dasarnya jenis ini tidak jauh berbeda dengan mengolah tanah di kebun atau sawah. Perbedaan yang mencolok hanya terletak pada lahan yang digunakan dalam sistem pertanian konvensional. Misalnya, satu meter persegi mungkin hanya bisa menanam lima batang pohon. Dengan pola ini, mampu ditanami sampai 20 batang.
Teknik bercocok tanam bertingkat ini biasanya digunakan untuk membudidayakan tanaman semusium, seperti sayuran. Tidak menutup kemungkinan jenis pohon obat atau tanaman hias juga dapat ditanam. Selain dapat menambah gizi keluarga, petani yang mempunyai lahan luas berpeluang melipatgandakan hasilnya. Suasana pun tampak lebih asri dan segar.
Pertanian vertikultur sangat cocok sekali diterapkan di kota-kota besar seperti Jakarta. Sanggup pula dibudidayakan di daerah rawan banjir.
Kebun mini ini dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Selain itu, amat berguna untuk mengisi waktu luang bagi Ibu-ibu rumah tangga, remaja, atau para pensiunan. Bila hasilnya berlimpah dapat dijual untuk menambah income keluarga. Vertikultur merupakan solusi pertanian masa depan. Hemat lahan dan aman bagi lingkungan.
1. Murah dan Mudah
Karena pengertiannya pertanian bertingkat, sistem yang dipakai tidak ubahnya seperti sebuah tangga pada umumnya. Bersusun ke atas dan tentu saja tidak perlu mencangkul atau membajak tanah.
Dalam pembuatan “tingkat” alat dan bahan banyak tersedia di sekitar kita.
Untuk pembuatan rangka dapat menggunakan kayu, bambu, atau papan. Modelnya pun terserah saja, yang penting sanggup menopang atau mengisi beberapa buah tanaman. Ada beberapa tipe yang umum dipakai seperti berbentuk persegi panjang, segitiga berjenjang atau seperti anak tangga.
Dapat pula digantung di langit-langit atau atap kamar. Ukuran tinggi rak tersebut sewajarnya, agar perawatan pohon mudah dilakukan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah beri jarak sekitar 30-50 cm dari permukaan lantai.
Tak perlu bingung untuk media tanam. Tempat hidup pohon-pohon itu dapat dipakai bekas kaleng cat, biskuit atau wadah plastik minyak pelumas. Begitu pula dengan memanfaatkan gelas air minum mineral, ember bekas serta dapat memakai kantung plastik jenis polybag.
Manfaatkan benda-benda yang tidak terpakai untuk membuat pot-pot tanaman. Syarat pembuatan rak itu tidak hanya kuat, namun juga fleksibel. Dapat dengan mudah diletakkan di mana saja. Di teras samping, halaman depan, bahkan di dalam ruangan. Pot tanaman juga dapat ditata sedemikian rupa. Dengan memanfaatkan kerangka penyangga untuk menggantung wadah tanaman yang ringan.
Dalam budidaya sayuran letakkan pohon yang banyak membutuhkan sinar matahari seperti cabai, selada atau sawi pada bagian yang paling atas. Sedangkan tanaman jenis gingseng, seledri, serta kangkung di bagian tengah atau bawah. Kombinasi tanaman buah dalam pot dapat disusun menambah ramai keadaan. Juga, tampilan koleksi tanaman hias atau obat membuat suasana “kebun” menjadi lebih indah dan bervariasi.
Menurut penuturan pehobi yang tidak pernah mengenyam pendidikan pertanian itu, sebelum bercocok tanam sebaiknya mengenali sifat-sifat tanaman. Beberapa jenis sayuran kadangkala cocok dibudidayakan di daerah dataran rendah atau dataran tinggi yang dingin. Bila membeli benih tanyakan pada penjual apakah cocok ditanam di daerah sekitar.
Aneka sayuran mampu hidup daerah panas seperti Jakarta antara lain sawi, bayam, katuk serta kemangi. Tumbuhan itu banyak di anam secara perorangan di rumah atau pada lahan pertanian kota.
Petani vertikultur juga dapat membuat bibit sendiri. Dengan penyemaian sederhana yang diambil dari pohon yang telah mampu menghasilkan bibit. Caranya yaitu dengan membiarkan buah matang atau setengah kering di pohon. Lalu bijinya dikeringkan dengan cara dijemur. Untuk benih tanaman semusim, pilih yang bentuknya bagus dan tidak cacat, serta tenggelam bila direndam air. Wadah kotak kayu, kotak plastik persegi empat atau polybag kecil sangat baik dipakai sebagai tempat persemaian. Untuk pengadaan bibit tanaman lain dapat diperoleh dari hasil stek atau cangkokan.
Bagi yang doyan makan tomat, pare, kacang panjang atau mentimun, dapat pula menanam dengan cara ini. Sebagai wadahnya dipakai tempat yang lebih besar, seperti drum bekas, kaleng cat besar, atau karung bekas beras. Tentu saja diberi air, atau penyangga dari kawat, bambu, atau tali sebagai tempat untuk merambatnya.
Sistem rak veltikultur permanen, namun dapat dipindah-pindahkan. Seakan-akan memindahkan kebun atau sawah mini ke dalam rumah. Tidak ada rotan, akar pun jadi. Tidak ada pot, bambu pun dapat menjadi wadah tanaman.
2. Menyehatkan
Banyak cara yang dilakukan untuk hidup sehat. Salah satunya dengan mengkonsumsi makanan yang sehat. Tanpa banyak mengandung unsur kimiawi, zat pewarna atau pengawet. Begitu pula dengan tinggal di rumah yang sehat. Penuh warna oleh pepohonan, jauh dari pencemaran lingkungan. Lalu apa hubungannya dengan jenis pertanian ini?
Teknik veltikulture adalah upaya untuk menghasilkan tanaman yang lebih higienis dan ramah lingkungan. Di Indonesia dikenal dengan nama Pertanian Organik (PO), yakni budidaya pertanian alami yang tidak menggunakan bahan kimia, tanpa pemakaian pupuk kimia, pestisida kimia atau zat perangsang buatan lainnya.
Hal ini bukan berati memakai bahan-bahan tersebut. Pemilih kebun dapat membuat sendiri pupuk alami dari bahan-bahan sederhana. Yang diperoleh dari limbah atau sampah dapur. Untuk urusan hama penyakit pun tak perlu khawatir. Resep tradisional peninggalan orangtua mampu menghadapi hama itu.
Memang hasil panen dari kebun ini tidak sebesar dengan cara konvensional. Yang umumnya memakai pupuk kimia jenis urea, TSP, atau NPK dalam unsur tanah. Hasil dari pemakaiannya mampu menghasilkan buah dan daya tubuh pohon yang lebih baik.
Di balik itu ada hasil yang lebih membanggakan bila memakai cara alami. Asupan zat kimia ke dalam tanaman dapat diperkecil. Air untuk menyiram pohon juga jauh lebih bersih.
Berbeda dengan budidaya tanaman sayur yang banyak berada di pinggiran sungai. Kemudian hasilnya dijual ke pasar. Mungkin air kali yang tercemar digunakan untuk menyiram. Begitu pula dengan pola pertanian besar yang banyak memakai pestisida dan berbagai macam zat perangsang tubuh, agar tanaman cepat dipetik hasilnya.
Untuk budidaya sayuran cara vertikultur ternyata hasil panen tidak jauh dengan petani umumnya. Pohon cabai dapat dipetik hasilnya pada usia tiga bulan. Tanaman sawi atau selada bisa dipanen ketika umur 40 hari. Terong atau pare berbuah diusia tiga bulan. Begitu juga dengan bayam yang siap dipetik pada hari ke-28.
Ibu-ibu tak perlu repot untuk pergi ke pasar atau supermarket untuk membeli sayuran yang lebih fresh. Hasil ladang bertingkat di halaman jauh lebih segar daripada di sana. Lagipula ada kepuasan batin untuk itu. Memakan hasil bumi dari jerih payah sendiri, meskipun sedikit adanya.
Penanaman jenis ini sangat bermanfaat dan hemat jikalau kita hidup di daerah yang berpenduduk padat. Vertikultur idambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilahini berasal dari dua kata, yaitu vertical dan culture. Di dbidang pertanian,pengertian verticulture adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Suatu teknik atau cara budidaya tanaman semusim (khususnya sayuran) pada lahan terbatas yang diatur secara bersusun menggunakan bangunanan atau tempat khusus atau model wadah tertentu dengan menerapkan paket teknologi maju, serta komoditas yang diusahakan bernilai ekonomi tinggi. Mengenai model dan ukuran terserah kreativitas pemesan. Dan dibuat sedemikian rupa, sehingga muat untuk dijejali banyak tanaman.
3. Pelbagai Kelebihan
Lahan yang meminimalis dapat menghasilkan hasil yang maksimal caranya yaitu dengan membuat sebuah rak untuk menaruh tanaman. Tanpa harus menanamnya langsung pada lahan yang ada. Rak tersebut dapat terbuat dari kayu, papan atau bambu. Bila ingin lebih kuat dapat menggunakan kerangka besi atau stainless steel. Tapi itu lebih mahal ongkos pembuatannya.
Keuntungan yang kedua adalah anti banjir, karena mudah dipindahkan, kalau kerangka bangunannya dibuat tinggi dapat mencegah banjir. Keuntungan yang ketiga adalah, penanaman jenis verticultura dapat dipakai untuk menyalurkan kreatifitas dengan mengecat pot dan rak. Boleh juga bila ditambahkan pernak pernik pot, seperti wadah air dibawahnya atau pot-pot gantung.
Vertikultur sangat cocok dipakai untuk budidaya tanaman semusim, misalnya sayur-sayuran. Selain menanamnya mudah, hasilnya langsung dinikmati. Aneka sayuran yang dapat ditanam antara lain seledri, selada, kangkung, bayam atau kemangi. Pohon cabai, tomat, atau terong juga mudah sekali tumbuh di dalam pot. Jenis poly bag atau kantung plastik tebal berwarna hitam, dapat menggantikan fungsi pot tanaman.
Sawi dan selada air akan dipanen ketika berumur 40 hari, bayam di usia 28 hari, dan cabai umumnya berbuah saat berumur 3 bulan dan hasil panen yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan cara pertanian yang diolah budidaya bercocok tanam ini, para anggota keluarga tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk membeli pupuk. Pupuk alami mampu dibuat sendiri dari sisa-sisasampah dapur. Potongan-potongan sayuran, kulit buah atau sisa-sisa makanan merupakan bahan organik yang bermanfaat. Yaitu bahan yang mudah terurai oleh tanah dan diperlukan oleh tanaman. Pembuatannya cukup menimbun di dalam tanah. Dibiarkan terurai selama kurang lebih satu bulan lamanya. Setelah itu dapat dipakai sebagai media tanaman. Dengan ditambah oleh campuran pasir, tanah gembur, serta pupuk kompos tadi. Takarannya yang seimbang, yaitu 1:1:1.
Selain kompos, pupuk yang baik adalah pupuk kandang. Biasanya dipperoleh dari kotoran sapi, kambing, atau kerbau. Bagi penduduk disekitar jakarta, lebih mudah mendapatkannya di toko pertanian terdekat. Kotoran hewan peliharaan seperti ayam, burung, serta kelinci mampu digunakan untuk pembuatan pupuk kandang tersebut. Prosesnya sama seperti pupuk kompos tadi. Dikubur dahulu agar tidak berbau, dan biarkan mikro organisme yang mengurainya.
Kotoran anjing dan kucing kurang cocok dipakai untuk membuat pupuk kandang, sisa-sisa makanan yang dikeluarkan oleh binatang pemakan rumput jauh lebih baik hasilnya. Terasa lebih asyik dengan menggunakan pupuk buatan sendiri. Masalah limbah rumah tangga dan ternak sedikit teratasi. Hasil yang dipetik jauh lebih sehat, karena pupuk yang dipakai adalah alami, tanpa bahan kimia buatan.
Di sisi lain, air yang dipakai untuk menyiram adalah air yang bersih. Berbeda dengan para petani sayuran di perkotaan atau daerah lainnya. Mungkin air yang digunakan adalah air sungai yang kotor dan tercemar. Atau mengandung pestisida hama yang larut dalam air. Tentunya seluruh anggota keluarga tidak mau tercemarkan?
Demikian informasi mengenai Keunggulan Teknik Vertikultur, Jenis Tanaman yang Cocok untuk Vertikultur semoga bermanfaat ya. Selamat Mencoba.
Lihat di sini daftar tanaman sayuran kami.